Anthurium Air Mata Bunda
Berganti Nama Tirtowulung
Berganti Nama Tirtowulung
Di masa penuh gejolak, yang mulai berlangsung sejak Juli 2007, semua tampak indah. Bisnis Anthurium berkilau laksana berlian 24 karat. Orang dari berbagai kalangan masuk ke dalamnya.
Adjie, pengusaha material bangunan di Salatiga, menaruh sekira Rp 200 juta untuk pemburuan induk dan bibit berkualitas. Ginting Sri Kusmayadi, pengusaha furnitur di Solo, banting setir ke Anthurium. Bayan Tarso, pamong desa di Karanganyar, melupakan dulu bisnis kendaraannya sebagai makelar. Ia total terjun ke Anthurium dan dari sana ekonominya beranjak naik. Ia bahkan bisa mengupah sampai 100 orang untuk berbagai pekerjaan, mulai renovasi rumah hingga membangun fasilitas sentra produksi Anthurium.
Transaksi-traksasi heboh terdengar di sana-sini. Varian Gelombang Cinta Air Mata Bunda milik Rina Iriani, bupati Karanganyar, tembus sampai Rp 500 juta lebih ketika berlangsung pameran Anthurium di Lapangan Banteng, Jakarta, pada 2007. “Itu setelah saya ganti namanya,” kata Iriani dalam suatu perbincangan di kediamannya, di Karanganyar. “Air Mata Bunda” mengacu pada Anthurium yang suka mengeluarkan air saban pagi atau sore. Bukan sesuatu yang ajaib, sebenarnya. Air yang keluar di lekukan pinggiran daun, sesungguhnya gejala biasa akibat banyaknya kandungan air. Dunia botani menyebut hal itu sebagai “gutasi”.
Iriani tak tertarik dengan nama itu. Ia memberikan nama baru untuk Anthurium yang memiliki gejala gutasi itu dengan nama baru: “Tirtowulung”. Nama baru yang memberinya hoki luar biasa.
Gejolak transaksi makin tak tertahankan. Demand tak lagi sebanding dengan supply. Pamor Anthurium menanjak hingga mencapai harga yang nyaris tak bisa diterima akal sehat. “Jenmanii Supernova bisa seharga Kijang Inova,” kata Rina Iriani dalam nada bercanda.
Tak hanya seharga Inova sesungguhnya, tapi bahkan Jaguar, BMW atau sebut mobil mewah lainnya. Santer tersiar kabar, di Desa Nglurah, Tawangmangu, pengusaha Wijaya asal Bali, membeli satu pohon varian Anthurium Jenmanii senilai Rp 1,4 miliar. Di Yogyakarta, pengusaha rokok Bambang merogoh Rp 1,5 miliar untuk satu pohon varian yang hampir sama. Di Solo, kebun Ginting Sri Kusmadi, yang dikonsep hingga sekelas “galeri”, ditawar Rp 4 miliar.
Gutasi adalah peristiwa pengeluaran air melalui ujung daun yang disebut dengan Gutatoda atau Hidatoda. Air yang dikeluarkan pada peristiwa ini berupa butiran air yang berada di tepi daun, tepatnya pada ujung-ujung tulang daun.
Gutasi terjadi pada saat air tanah jumlahnya cukup banyak sedangkan kelembaban udara tinggi, sehingga laju penguapan rendah. Akibat dari kondisi tersebut air yang telah diserap tumbuhan tidak dapat keluar melalui penguapan / transpirasi melainkan harus keluar melalui peristiwa Gutasi . Peristiwa ini umumnya terjadi pada malam hari atau pagi hari.
Air yang keluar melalui peristiwa Gutasi ini tidak hanya berupa air saja, melainkan air beserta zat-zat yang terlarut didalamnya yaitu berupa garam mineral, dan juga berupa vitamin, gula, asam amino, dan enzim.
Peristiwa Gutasi ini tidak dapat diamati pada semua jenis tumbuhan, umumnya hanya pada tumbuhan yang memiliki laju gutasi tinggi yaitu tanaman herba , rumput-rumputan, tanaman air dan beberapa Anthurium juga bisa mengalami gutasi.
Anthurium Air Mata Bunda
Artikel Terkait: