Yang dinikmati dari tanaman hias tidak mesti bunganya tapi
bisa juga daunnya, karena ada tanaman yang hanya berupa daun tanpa kembang.
Daya tariknya terletak pada bentuk, warna, dan komposisi daunnya. Anda bisa
melihatnya antara lain pada philodendron, aglonema, atau anthurium.
Setelah beberapa waktu lalu tergila-gila dengan aglonema
yang memiliki paduan warna daun hijau-putih atau hijau-pink, kini orang beralih
ke anthurium. Anthurium adalah tanaman hias dari Amerika Selatan yang iklimnya
serupa dengan negara-negara di Asia Tenggara. Karena itu Thailand dan Indonesia
gencar membudidayakannya.
Jenmanii
Anthurium tersohor sejak akhir 2006 karena daunnya yang
besar dan kokoh dengan warna hijau. Ada anthurium hookeri dengan daun panjang
dan lebar, anthurium gelombang cinta dengan daun banyak gelombang, anthurium
keris dengan daun panjang-panjang dan bergelombang seperti keris, dan yang
paling banyak dicari: anthurium jenmanii.
“Jenmanii banyak dicari karena walaupun satu jenis, struktur
tulang daunnya berbeda-beda,” kata Des Dartiman, pemilik Daun-ku Nursery.
Misalnya, anthurium jenmanii pagoda kol. Komposisi daunnya mirip pagoda,
sedangkan strukturnya serupa kol. Ada pula anthurium jenmanii kobra dengan
bentuk daun mirip ular kobra.
Selain kedua jenis itu, ada anthurium jenmanii sawi,
jenmanii kol, jenmanii tanduk, jenmanii black, jenmanii oval, dan black beauty.
Untuk mendapatkan anthurium jenmanii Anda bisa membeli benihnya seharga Rp225
ribu – Rp2,5 juta/butir tergantung jenisnya. Benih anthurium jenmanii kobra
misalnya, dibanderol Rp800 ribu/butir. “Tapi, umumnya anthurium dijual sudah
dalam bentuk tanaman berdaun,” ujarnya.
Segar sehat
Anthurium dengan daun yang sudah terbentuk struktur dan
komposisinya umumnya berusia 1,5 tahun. Harganya bervariasi tergantung
jenisnya. Anthurium hookeri tulang ikan misalnya, sekitar Rp2 juta/pot. Yang
lebih murah anthurium wave of love (gelombang cinta), Rp800 ribu/pot. Ada juga
anthurium yang dijual dengan hitungan per daun sekitar Rp2,5 juta, yaitu
anthurium jenmanii variegata.
Kesan sejuk dan segar yang terpancar dari daunnya merupakan
manfaat anthurium untuk mata. Tanaman ini juga menyehatkan ruangan karena
menghasilkan oksigen dan menghirup karbondioksida. Anthurium dapat ditaruh di
dalam dan di luar ruangan. Di luar ruang letakkan di teras namun jangan terkena
matahari langsung.
Anthurium hanya bisa terkena 40 persen sinar matahari. Bila
ingin menanam di halaman, tanam di bawah pohon rindang. Kalau ditaruh di pot,
media tanamnya adalah kompos, unsur hara, dan pakis. Pakis akan membuat warna
daunnya makin bagus. Tanaman cukup disiram sekali sehari. Kalau media tanamnya
masih cukup basah, satu kali dua hari.
Investasi
Jangan biarkan air mengambang di media tanam atau terlalu
basah, karena membuat batang dan akar anthurium membusuk. Anthurium yang
ditaruh di dalam ruangan seminggu sekali harus disinari matahari. Yang paling
baik sinar matahari pagi sampai kira-kira pukul sembilan. Daun yang sudah tua
digunting di pangkal batangnya.
Budi daya anthurium dengan cara menuai benih dari tongkolnya
dan menanamnya. Pertumbuhan anthurium lamban. Dari benih hingga berdaun dengan
struktur sudah terbentuk butuh 9 bulan – 1,5 tahun.
Mahalnya harga anthurium tidak menghalangi orang
menggilainya. “Soalnya, kalau sudah keluar tongkolnya, ibaratnya kita sudah
punya ATM,” kata Des. Tongkol akan keluar setelah anthurium berusia di atas
tiga tahun dengan panjang sekitar 25 cm. Setiap tongkol diprediksi mengandung
1.000 benih. Dengan harga minimal Rp50 ribu/biji, Anda sudah mendapat Rp50
juta. Jangan heran banyak penghobi memburu anthurium.
Beberapa bulan yang lalu, Rudi membeli jenmanii cobra remaja
dengan harga Rp 3 juta. Sebagai penghobi pemula, Rudi mengaku masih bingung apa
yang harus dilakukan dan apa yang tak harus ia lakukan. Dalam hal itu, metode
perawatan yang diketahuinya sangat minim. Baginya, mungkin penyiraman dan
pemupukan sudah cukup memanjakan anthuriumnya.
Namun beberapa minggu berselang, bukan keindahan yang ia
dapatkan, justru kesuraman daun mulai terlihat. Daun yang semula hijau, lambat
laun kian menguning dan keriting. Melihat kejadian itu, Rudi pun panik. Seakan
tak tahu apa yang ia lakukan, intensitas penyiraman dan pemupukan pun malah
ditambah, demi memenuhi kebutuhan nutrisi tanamannya itu.
Sialnya, bukan kesembuhan dan kesegaran yang ia dapat,
beberapa bulan berselang, daun anthuriumnya mulai berubah kuning solid dan
akhirnya berguguran. Rasa kecewa jelas terpancar di wajahnya. Pasalnya, bukan
harga yang ia sesalkan, harapan agar tanamanya tumbuh besar dan sempurna tak
bisa diraih. Jangankan tumbuh bagus, mencapai daun tujuh pun tanamannya tak
mampu bertahan.
Masalah yang dihadapi Rudi itu mungkin pernah juga Anda
alami. Terutama bagi Anda yang baru beberapa bulan menggandrungi si raja daun
asal Brasil ini. Kurangnya pengetahuan tentang pola perawatan hingga intensitas
penyiraman dan pemupukan, membuat harapan yang besar pada anthurium jadi sesuatu
yang mengecewakan. Bahkan mahalnya harga, tak jarang membuat seseorang jadi
paranoid terhadap perawatan.